5 TERORIS TERTEMBAK OLEH DENSUS 88
5 minute read
Dalam penggerebekan di dua lokasi yang diwarnai aksi baku tembak tersebut, lima orang yang diduga teroris tewas. Dua di antaranya adalah Saptono dan Maulana, buron yang terlibat pengeboman Kedubes Australia di Jakarta, pada 2004. Memanasnya konflik internal antara elite Polri dan Komjen Pol Susno Duadji tak mengganggu operasi perburuan teroris oleh Detasemen Khusus (Densus) 88. Bahkan, satu per satu jaringan teroris kelas kakap dipereteli pasukan antiteror polisi itu. Buktinya, kemarin mereka kembali melumpuhkan kelompok teroris di Cikampek, Jawa Barat, dan Cawang, Jakarta Timur.Dalam penggerebekan di dua lokasi yang diwarnai aksi baku tembak tersebut, lima orang yang diduga teroris tewas. Dua di antaranya adalah Saptono dan Maulana, buron yang terlibat pengeboman Kedubes Australia di Jakarta, pada 2004. Maulana tewas di Cawang dan Saptono tertembak mati di Cikampek. Tiga jasad yang lain masih diidentifikasi di RS Polri, Keramat Jati, Jakarta. Sedangkan satu orang lagi ditangkap hidup-hidup.
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) menjelaskan, aparat terpaksa menembak mati karena teroris itu melawan dan membahayakan. ''Mereka bersenjata,'' ujar Kapolri setelah rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. Lima orang yang tewas tersebut masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus teror Aceh. ''Ini memang pengembangan dan rangkaian operasi Aceh,'' kata orang nomor satu di korps Bhayangkara itu. Para teroris tersebut dilaporkan telah merencanakan serangan balasan. Skenario kelompok bernama Tanzhim Al Qaidah Serambi Makkah itu membalaskan kematian beberapa anggotanya di Aceh. Saptono adalah adik Jaja yang tewas dalam penyergapan di Polsek Leupung, Aceh, April lalu. Dia menjadi amir (pemimpin) darurat tanzhim Al Qaidah Serambi Makkah setelah Jaja tewas dan Mustaqim tertangkap. Sedangkan Maulana yang bernama lengkap Ahmad Sayid Maulana adalah anggota kelompok Darul Islam yang pernah berjihad di Poso. Dia pernah ditangkap di Malaysia pada 2003 dan dilepaskan pada 2008. ''Mereka ini juga terlibat dalam peledakan JW Marriott (2003, Red) dan Kedutaan Besar Australia (2004),'' katanya. Kapolri membenarkan adanya rencana serangan oleh kelompok tersebut terhadap sebuah target. BHD tak menyebutkan secara definitif. ''Nanti, tunggu setelah utuh akan diumumkan,'' kata alumnus Akpol 1974 itu. Secara terpisah, sumber Jawa Pos menyebutkan bahwa rencana itu adalah serangan terhadap figur pejabat dan Mabes Polri. ''Mabes menjadi salah satu di antara beberapa lokasi yang direncanakan diserang. Mereka berprinsip mata dibalas mata, darah dibalas darah,'' ujar sumber itu kemarin. Selama penyerbuan di Aceh dan Pamulang Maret-April lalu, sejumlah tersangka teroris tertembak mati. Selain Dulmatin, ada nama Jaja yang selama ini menjadi figur di lingkungan kelompok Darul Islam. Pola serangan tak lagi menggunakan bom, namun dengan senjata api. Itu termasuk aksi baru karena sebelumnya mereka selalu menggunakan bom. ''Mereka juga melakukan pelatihan atau tadrib di Maluku. Alhamdulillah, kami berhasil menyita videonya,'' katanya. Dalam video latihan berdurasi sekitar 18 menit yang diperlihatkan kepada Jawa Pos, kelompok yang berlatih itu membawa senjata api dan perlengkapan militer lainnya, seperti ransel dan pisau komando. Mereka melakukan long march naik turun bukit. Sebelum berlatih, mereka terlihat memakamkan seseorang. Di akhir video muncul seseorang menggunakan skebo (penutup muka) yang mengajak para ikhwan berlatih jihad di bumi Maluku. ''Ini membuktikan bahwa gerakan ini terus ada walaupun Aceh sudah dinetralisasi,'' katanya. Sayang, tidak ada tanggal dalam rekaman video yang diselingi lagu-lagu nasyid dan petikan ayat Alquran itu. Penyergapan berujung tewasnya lima orang tersebut sebenarnya merupakan rangkaian operasi sejak Kamis, 6 Mei 2010. Densus sudah mencokok 14 orang yang diduga terkait dengan jaringan itu di beberapa lokasi. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Edward Aritonang di Mabes Polri kemarin petang menjelaskan, informasi kegiatan teroris diperoleh dari dua orang yang ditangkap pada Senin malam (10/5). ''Dari sana ada petunjuk baru,'' ujar mantan juru bicara kasus bom Bali 1 itu. Penggerebekan itu bermula di Cawang, Jakarta Timur, sekitar pukul 13.00 WIB. Edward menjelaskan, saat digerebek, mereka melawan sehingga terjadi kontak senjata. Baku tembak itu melumpuhkan tiga orang yang diduga teroris. ''Diketahui ada pelaku teror bernama Maulana, pelarian dari pelatihan militer di Aceh,'' kata jenderal dua bintang itu. Baku tembak tersebut terjadi di tepi jalan saat para tersangka turun dari kendaraan menuju konter tiket bus antarpulau di Jalan Mayjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur. ''Mereka dilumpuhkan. Tiga orang tewas,'' katanya. Secara terpisah, sumber Jawa Pos menceritakan, Maulana diduga akan pergi ke Lampung dengan menggunakan bus. ''Dia membawa karung berisi amunisi,'' ujarnya. Saat hendak ditangkap, Maulana yang lahir pada 1974 itu merogoh revolver di pinggangnya. Dia terpaksa ditembak. Dua orang temannya juga melawan dan dilumpuhkan dengan dua tembakan. Hal itu dibenarkan Deni Mubidin, tukang parkir penitipan motor tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP). ''Orangnya pakai kaus warna gelap. Dia turun dari taksi, lalu dirangkul, tapi berontak,'' kata Deni. Dari telepon seluler Maulana, jejak Saptono terlacak di kampung Babakan Jati, Cikampek Timur, sekitar dua jam perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan mobil. ''Satu tim CRT dari Kelapa Dua (Mako Brimob, Red) langsung berangkat dan menyergap,'' kata sumber itu. Saksi mata di Cikampek, A.T. Samsudin, menyebutkan, rumah yang dihuni para tersangka teroris adalah milik Hj Dimah yang dikontrak Rp 200 ribu per bulan. ''Sejak awal mengontrak rumah, penghuni tak memberikan identitas, seperti KTP atau yang lain. Rencananya, kedua orang tersebut menempati rumah sampai 1 bulan ke depan, tapi baru dua hari sudah digerebek oleh tim antiteror Densus 88,'' terang Samsudin. Pemilik rumah kontrakan, Hj Dimah, tidak mau memberikan keterangan kepada wartawan. ''Saya tidak tahu persis karena baru dua hari mereka mengontrak rumah saya. Sebelum ditempati, rumah itu saya jadikan gudang,'' kata Hj Dimah. Petugas menyita senjata AK-47, M-16, dan ribuan butir peluru yang diduga digunakan para tersangka teroris dalam baku tembak. Irjen Edward Aritonang menjelaskan, satu tersangka tertangkap hidup. ''Mereka telah mempersiapkan untuk aksi teror beberapa minggu ke depan. Dengan penangkapan ini, kami telah berhasil menggagalkan rencana itu,'' tuturnya. Seluruh jenazah dikirim secara bertahap ke RS Polri, Kramat Jati. Hingga tadi malam pukul 22.30, belum ada keluarganya yang datang. Kepala RS Brigjen Budi Siswanto menjelaskan, pihaknya sedang mengidentifikasi kelima jenazah tersebut. ''Dua orang dari Cikampek, tiga orang dari Cawang,'' katanya. Dia belum bisa mengonfirmasi identitas lima orang itu. ''Sabar, ya, mungkin besok
Posting Komentar